Jadilah bagian dari keluarga besar Universitas Sindang Kasih Majalengka! Daftar sekarang dan wujudkan mimpimu!

SIAPA SIH GUS MUS ??

Oleh: Anastasya Rizky Meilawathie **

Berawal dari status BBM teman yang saat itu menyebutkan nama Gus Mus. Saya takingat dengan pasti saat itu apa yang teman saya tuliskan distatusnya, tapi ini pertanyaan pertama saya “Siapa sih Gus Mus itu?”. Saat itu keingintahuan saya belum muncul pada pertanyaan pertama itu. Kemudian saya kembali menemukan nama Gus Mus di dafar tokoh yang jumlah followernya hampir sepadan dengan Anies Baswedan di buku Melampaui Mimpi Anies Baswedan @Twitterland karya Syafiq Basri. Pertanyaan kedua saya “Siapa sih Gus Mus ? Segitu berpengaruhnyakah beliau sampai followersnya sebanyak itu di Twitter ?”. Saat itu juga sisi keingintahuan saya belum muncul.

Minggu kemarin, Sabtu, 26 November 2016. Saya melihat tayangan talk show Mata Najwa di Metro TV yang bertemakan “Puisi untuk negeri”. Pada acara talk show ini budayawan Butet Katarajasa membacakan puisi Kalau Kau Sibuk Kapan Kau Sempat Karya K.H Mustofa Bisri. Saat itu saya berpikir, keren nih kiyai puisinya. Saat itu lagi-lagi keingintahuan saya masih belum tergugah juga untuk tahu siapa beliau.

Sabtu, 03 Desember 2016, saya sedang berselancar di dunia maya, youtube tepatnya. Saya saat itu ingin mendengar dan mencari referensi puisi-puisi karya orang-orang hebat, kemudian saya cari W.S. Rendra, saya klik salah satu videonya puisi yang di bawakan Rendra berjudul Maskumambang. Saat video sedang berputar saya melihat pada play list berikutnya ada Negeri Haha Hihi oleh Gus Mus (K.H Mustofa Bisri). Saya klik dan ini adalah kali pertamanya saya merasakan “Saya jatuh cinta pada karyanya”.

Baca Juga: Aep Saepul Milah; Nasehat Hidup Membuat Kita Survive

Kemudian disini rasa keingintahuan saya mulai muncul untuk mengetahui siapa, dan seperti apa sosok Gus Mus atau K.H Mustofa Bisri itu ?. Apa mereka orang yang sama ? Atau orang yang berbeda ?. Pertanyaan tadi adalah pertanyaan yang kemudian membuat saya berselancar lagi di dunia maya untuk mengetahui sosok Gus Mus. Saya buka papan pencarian “Google” dan mengetikan nama Gus Mus. Ini adalah jawaban Wikipedia “K.H Ahmad Mustofa Bisri atau lebih sering dipanggil dengan Gus Mus adalah….”. Ternyata dua nama tadi adalah nama yang sama. Keingintahuan saya tidak berhenti sampai di sini. Saya berselancar lagi di Youtube mencari karya-karyanya yang lain seperti Kau ini bagai mana atau aku harus bagaimana, dalam renungan malam, aku tak bisa lagibernyanyi, sujud, dan yang lainnya. Saya suka pemikiran-pemikirannya melalui puisi-puisi dia. Saya lebih dalam jatuh cinta bukan lagi hanya pada karyanya tapi juga pada pemikirannya.

Saya buka lagi Youtube, mencari lagi nama Gus mus dan muncul di pencarian Gus Mus Mata Najwa. Bisa-bisanya saya melewatkan narasumber sebagus ini di talk show Mata Najwa ?, tanpa pikir panjang, tanpa pikir kuota akan lebih cepat habis, dan tanpa pikir waktu sudah larut malam, saya buka videonya. Ini yang saya dapat. “Saya menyatakan makin cinta padanya”. “Bagaimana mungkin ada paket lengkap begini?”. Najwa menyebutkan Gus Mus adalah seorang pemuka agama, sastrawan, dan budayawan. Saya pikir Gus Mus adalah paket lengkap, beliau memadukan antara cinta keagamaan, toleransi beragama, cinta negara, cinta sastra dan cinta kepada sesama umat manusia.

Baca Juga: Monster Bermahkota

Gus Mus memang pandai menurut pandangan saya, beliau bahkan mengakui bahwa ia adalah orang yang bodoh, tak banyak orang sepertinya mengakui kebodohannya. Gus Mus adalah salah satu tokoh besar Islam di negeri ini, namun beliau juga orang yang toleran terhadap agama lain. Gus Mus bukan orang yang selalu benar, namun beliau tak segan minta maaf untuk kesalahan yang tidak secara langsung ia lakukan. Gus Mus juga bukan orang yang sempurna, tapi saya yakin beliau sangat dicintai umat. Terakhir pesan beliau “Tetaplah menjadi manusia, karena Tuhan memuliakan manusia. Didalam Al-Qur’an disebutkan aku sungguh memuliakan anak cucu Adam”. Kadang kita tidak sadar seberapa mulianya kita di mata Allah SWT,. Namun kali ini saya sadar, disadarkan oleh ulama besar ini, K.H Ahmad Mustofa Bisri.

Wallahualam Bissawab.

**artikel ini pernah dimuat di halaman www.cakrawalailmu.com yang dikelola langsung oleh Bapak Arip Amin, M.Pd yang sekaligus dosen pengampu matakuliah Metlit pada saat kuliah di BPH Cirebon

Tentang Penulis **

ANASTASYA RIZKY MEILAWATHIE, lahir di kabupaten Subang Jawa Barat. Hobby menulis puisi, membaca novel, buku non-fiksi, nonton film, liat tv, acara favorit Mata Najwa dan Stand Up Comedy. Penulis Alumni D4 kebidanan Poltekes Bhakti Pertiwi Husada Cirebon, dan pernah menamatkan pendidikan tepat waktu di SDN Tanjung Sari, SMPN 1 Blanakan, SMAN 1 Purwadadi, dan D3 Kebidanan Universitas Singaperbangsa Karawang. Wanita biasa yang bercita-cita masuk surga, punya suami yang sholeh dan pintar, punya keluarga yang bahagia, jadi bupati Subang, punya Rumah Sakit, punya kosan 50 pintu, punya Yayasan Pendidikan, punya Yayasan Panti Sosial, ingin membangun Indonesia, bisa terus menulis dan membaca sampai akhir hayat. Aminn

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like

Oleh: Enjang Idrus, M.Pd.I. Pendahuluan Diberlakukannya Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 berimbas pada peningkatan profesionalisme  pendidik...
Oleh, Muaz, M.Pd. Pada abad ketiga Hijriyah tersebut nama seorang ulama besar bernama Syekh Hatim bin Ulwan Al-Asham di daerah...
Oleh: Rosi Gasanti, M.Pd Abstrak Penelitian ini berjudul Métode Démonstrasi dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Bercerita Fabel (Studi Kuasi Eksperimen pada...